
PENELUSURAN GÊNDÈR YANG LELUASA DALAM KOMPOSISI MUSIK JAGAD GÊNDÈR GUMÊLAR
On Stage edisi ke-16 akan menghadirkan karya komposisi musik Jagad Gêndèr Gumêlar oleh komposer muda asal Solo, Wahyu Thoyyib Pambayun. Pementasan ini akan diadakan pada Rabu, 12 Juli 2023 di Teater Arena, Taman Budaya Jawa Tengah. Jagad Gêndèr Gumêlar menampilkan hasil perjalanan artistik Wahyu Thoyyib Pambayun dalam mengeksplorasi instrumen gêndèr. Pertunjukan ini akan membawakan 5 komposisi musik yang disusun sejak 2017 hingga 2022, dengan mengusung konsep perluasan bahasa musikal gêndèr dan mengupayakan perubahan struktur ritme yang sudah baku menjadi lebih leluasa, serta mengolah garis-garis melodi yang transparan menjadi lebih bergejolak. Jagad Gêndèr Gumêlar menggabungkan keterbukaan dalam menyikapi instrumen gêndèr agar dapat memberikan tawaran pengalaman musikal yang mendalam dan beragam. Jagad Gêndèr Gumêlar akan memainkan variasi pola permainan, laya, dinamika, serta pengembangan teknik-teknik yang luwes menyikapi pakem dan batasan budaya.
Komposisi-komposisi yang disajikan:
- GUMRINING (2021)
Gumrining merupakan komposisi untuk instrumen gender barung dan gender penerus. Komponis mengembangkan teknik pipilan, kemudian menerapkannya ke dalam dua gender barung dan penerus yang mempunyai laras berbeda yaitu slendro dan pelog nem. Penyajian dua gender dengan laras berbeda berdampak pada tantangan posisi duduk pemain, tata letak dan pithetan gender. Gumrining menitikberatkan pada interferensi gelombang bunyi antara interval gender laras slendro dan pelog nem. Gumrining telah disajikan pada: 1)”Jelajah Bunyi Nusantara” Taman Budaya Cak Durasim Jawa Timur 2021, 2) Pergelaran Virtual Nasional Bali-Dwipantara Adinatya ISI Denpasar 2021, 3) Gamelan Composers Forum 2022.
- UMBARAN (2022)
Umbaran merupakan komposisi yang disusun untuk Commissioning Project Kelompok Gamelan Pacifica yang berbasis di Seattle, USA. Pada komposisi ini, komponis mengeksplorasi teknik umbaran, yaitu memukul bilah-bilah gender tanpa menahan getaran bunyinya. Ketika bilah-bilah tersebut tidak ditahan bunyinya, maka akan menimbulkan getaran bunyi yang saling bertabrakan. Getaran bunyi yang saling bertabrakan menyebabkan bunyi antar bilah tidak dapat terdengar dengan jelas. Getaran bunyi bilah yang saling bertabrakan disebut gemrumbyung. Dalam tradisi, bunyi gemrumbyung cenderung dihindari karena mengindikasikan pemain gender yang memiliki teknik kurang baik. Komponis menawarkan bunyi gemrumbyung sebagai keindahan alternatif dalam ekspresi musikal gender Jawa.
- SRAWUNG PENGUNG (2020)
Srawung artinya saling berinteraksi, Pengung berarti bodoh. Srawung Pengung dimaknai sebagai sebuah upaya untuk saling mengenal dan saling terbuka dengan mencoba mengesampingkan kepandaian masing-masing. Pe”ngung” juga merupakan onomatope dari bunyi gaung bilah-bilah gender. Konsep srawung pengung ini digunakan komponis untuk berkenalan dengan pemusik yang mempunyai latar belakang Budaya beragam dan digunakan untuk eksperimen pra penyusunan komposisi. Srawung Pengung kali ini menghadirkan proses interaksi bunyi antara Gender Wayang Bali, Gender Barung Jawa, Calung Banyumas dan Musik Elektronik.
- BRAWALA (2019)
Brawala merupakan kosakata Sanskerta yang artinya saling bersahut-sahutan. Brawala merupakan interaksi antara dua obyek yang berbeda. Komposisi ini mengelola hubungan antara instrumen gender barung dan gambang, perbedaan warna bunyi antara instrumen gender yang terbuat dari perunggu dan instrumen gambang yang terbuat dari kayu menjadi sumber utama yang diolah oleh komponis. Brawala telah disajikan pada: 1) Konser “Walayagangsa” Jagongan Wagen PSBK Yogyakarta 2019, 2) Konser New Tradition:Pertunjukan Seni di Ruang New Normal TBJT Surakarta 2020, 3) October Meeting-Contemporary Music & Musicians 2021.
- ARUHARA (2018)
Komposisi Aruhara merupakan hasil eksplorasi dan elaborasi teknik, pola dan melodi yang ada dalam Genderan Ada-Ada Ngobong Dupa gaya Nyi Sumiyati/Bu Pringgo/Mbah Drigul. Komposisi Aruhara diorentasikan untuk disajikan oleh penggender yang ingin menampilkan dan meningkatkan virtuositasnya. Aruhara telah dipresentasikan pada: 1) Solo International Gamelan Festival 2018, 2) Yogyakarta Gamelan Festival 2018, 3) Bukan Musik Biasa 2018, 4) Pertemuan Musik Surabaya 2018.
Wahyu Thoyyib Pambayun adalah seorang komponis, pengrawit dan pengajar. Sebagai komponis, ia menyusun komposisi-komposisi baru dengan bekal pengetahuan dan praktik gamelan tradisi yang kuat. Ia melakukan riset mendalam tentang perluasan bahasa musikal gamelan Jawa. Ia menyusun musik untuk konser maupun hubungan seni lain, seperti pertunjukan wayang, tari, dan film. Pada tahun 2016, Wahyu Thoyyib bersama teman-temannya mendirikan komunitas Gamelan Kalatidha. Gamelan Kalatidha terdiri dari pengrawit yang memiliki kemampuan multi-instrumen dan mampu menyajikan repertoar tradisi serta komposisi baru. Wahyu Thoyyib bersama Gamelan Kalatidha telah tampil dalam beberapa acara, antara lain Opening Konser China Asean Culture & Art Weeks, Festival Musik Tembi, Yogyakarta Gamelan Festival, International Gamelan Festival Solo, Pekan Komponis Indonesia, October Meeting Contemporary Music and Musicians, Festival Bali Sangga Dwipantara, Bukan Musik Biasa, Pertemuan Musik Surabaya, Festival Gugus Bagong Padepokan Seni Bagong Kussudiharja Yogyakarta, Jelajah Bunyi Nusantara, Kombo: Festival of Free Improvised Music dan Gamelan Composers Forum.
Komposer:
Wahyu Thoyyib Pambayun
Pengrawit:
Nanang Bayu Aji
Harun Ismail
Laurentius Hanan Dwi Atmaja
Muh. Ainun Zibran
Tommy Yudha Prasetya
Maulana Prayogo
Ramdan Ardianto
Ni Made Ayu Dwi Sattvitri
Guruh Purbo Pramono
Dwiki Akhsan Muzaki


JAGAD GÊNDÈR GUMÊLAR
oleh Wahyu Thoyyib Pambayun
Rabu, 12 Juli 2023
Jam 19:30 – 22:00 WIB
di Teater Arena, Taman Budaya Jawa Tengah
Jl. Ir. Sutami no.18. Jebres. Solo. 57126
Jagad Gêndèr Gumêlar menampilkan hasil perjalanan artistik Wahyu Thoyyib Pambayun dalam mengeksplorasi instrumen gêndèr. Pertunjukan ini akan membawakan 5 komposisi musik yang disusun sejak 2017 hingga 2022, dengan mengusung konsep perluasan bahasa musikal gêndèr dan mengupayakan perubahan struktur ritme yang sudah baku menjadi lebih leluasa, serta mengolah garis-garis melodi yang transparan menjadi lebih bergejolak. Jagad Gêndèr Gumêlar menggabungkan keterbukaan dalam menyikapi instrumen gêndèr agar dapat memberikan tawaran pengalaman musikal yang mendalam dan beragam.
ON STAGE adalah program rutin Studio Plesungan yang menampilkan karya seni pertunjukan setiap dua bulan sekali di Teater Arena – TBJT Surakarta. ON STAGE diadakan untuk meningkatkan apresiasi publik terhadap karya-karya kontemporer melalui penyajian karya seniman terpilih dan bincang publik bersama seniman.
Bincang Seniman bersama Prof. Sumarsam (Winslow-Kaplan Professor of Music di Wesleyan University)
Harga Tiket:
Kategori A (on the spot umum) Rp25.000;
Kategori B (on the spot pelajar) Rp20.000;
Kategori C (early booking umum) Rp20.000;
Kategori D (early booking pelajar) Rp 15.000
Kontak dan pemesanan tiket:
https://bit.ly/3rjzDvr

atau di
HP / WA: 082133229593
website: www.studioplesungan.org
IG : @studioplesungan
ON STAGE

Wayan Sumahardika
“THE (FAMOUS) SQUATTING DANCE”
Rabu, 10 Mei 2023, 19:00-22:00 di Teater Arena, Taman Budaya Jawa Tengah
The (Famous) Squatting Dance merupakan proyek studi pertunjukan yang berupaya membaca laku jongkok sebagai repertoar arsip. Kehadiran jongkok tak hanya menjadi keniscayaan manusia semata. Jongkok juga menyimpan ragam pengetahuan, jejaring gagasan, serta berbagai narasi politis-estetis yang hadir dan tumbuh terus menerus di baliknya.
Karya ini berangkat berdasarkan Arsip Bali 1928, dengan menggunakan material Igel Jongkok karya penari maestro Bali, I Ketut Marya. Sebagai tari monumental di zamannya, Igel Jongkok menjadi sumber gagasan untuk menguraikan percakapan jongkok dalam bingkai gestur kolonial, situasi transisional yang bergerak secara sirkular, serta bentang kemungkinannya untuk dilihat sebagai keberlanjutan dari kultur lokal
Bagaimana konstruksi sosial kolonial atas gesture jongkok diintervensi oleh tari yang berdasar pada laku jongkok? Bagaimana inovasi individual tari Igel Jongkok tumbuh sebagai konvensi tradisi komunal? Bagaimana hubungan jongkok dalam kehidupan sehari-hari dan jongkok dalam tari? Dan bagaimana jongkok hari ini?
Wayan Sumahardika adalah penulis, sutradara dan pembuat teater kelahiran Denpasar, 1992. Ia aktif sebagai direktur artistik Mulawali Institute, sebuah lembaga lintas disiplin seni pertunjukan berbasis di Bali. Mendirikan Teater Kalangan pada 2016-2022. Praktik artistiknya banyak bergerak pada persimpangan teater, tari, ragam seni, laku sehari-hari sebagai studi budaya melalui pendekatan site-spesific, repertoar-arsip dan spekulatif. Saat ini, Suma tertarik menelusuri dinamika tradisi Bali, pariwisata, serta perjumpaan lintas budaya masyarakat yang beroperasi di sekitarnya.
Mulawali Performance Forum merupakan platform kolektif produksi pertunjukan oleh Mulawali Institute.
Sutradara : I Wayan Sumahardika
Penari : Jacko Wahyu Rizky, Krisna Satya, Agus Wiratama, dan Tri Ray Dewantara
Penata Musik : Barga Sastrawadi & Yogi Sukawiadnyana
Pembicara Tamu : Nyoman Cahya
Modertaor : Halim HD


Studio Plesungan
Artist-in-Residency
Zai Kuning x Xiaohan Han
PRESENTASI PUBLIK
Rabu, 3 Mei 2023
19:00 WIB
di Studio Plesungan
(Desa Plesungan rt03 rw02, Plesungan Gondangrejo, Karanganyar 57181)
Kisah Pagan dan lagu-lagunya yang hilang (The Pagan Stories and its prodigal songs)
Diprakarsai/disutradarai oleh Zai Kuning
2023 – Bekerja sama dengan Xiaohan Han (Manchuria, China)
Karya ini merupakan upaya berkelanjutan Zai Kuning sejak 1995 yang berbicara tentang kisah-kisah masyarakat adat yaitu Orang Laut meskipun kini setelah 20 tahun menyelami apa yang terjadi pada masyarakat adat Kepulauan Riau, Malaysia Barat, dan Thailand. Baginya, ini semua tentang kterlibatannya dalam menyadari dan merasakan situasi penduduk asli dunia yang mengalami kesamaan nasib, terutama pada krisis kepemilikan tanah, seni, musik, dan tarian yang telah ada selama jutaan tahun melalui dunia Animisme/Paganisme dan Shamanisme.
Kali ini Zai bekerja sama dengan Xiaohan Han dalam pencarian ‘Music for Dance Theatre’. Studio Plesungan menjadi titik awal bagi Zai dalam proses pencarian musisi dan penari hingga akhir tahun 2023 ini. Pada tahun 2024, ia berharap proses penciptaan THE PAGAN STORIES dapat dimulai, setelah 20 tahun absen di dunia teater tari sebagai sutradara dan penampil.
Presentasi kali ini berfokus terutama pada musik rakyat dari tradisi spiritual Manchuria yang ditafsirkan oleh Xiaohan, dengan Zai bermain bersama (drum/vokal) dalam gaya drum dan musik Zai yang dipersonalisasi.
__
Zai Kuning adalah salah satu seniman berpengaruh di Singapura. Ia secara konsisten terlibat dengan budaya dan ekologi yang unik di kawasan Asia Tenggara, dan telah memelopori praktik multi-disiplin dan berbagai jenis improvisasi yang mencakup patung, instalasi, lukisan, dan gambar, suara/musik eksperimental, video, film, seni pertunjukan, tari dan teater. Dia adalah presiden pertama The Artists Village (TAV), sebuah kolektif seniman yang didirikan oleh Tang Da Wu di Singapura. Setelah meninggalkan TAV, Zai membentuk Metabolic Theater Laboratory (MTL), sebuah perusahaan teater tari berorientasi penelitian, dan produksinya berkeliling Hong Kong, Jepang, dan Korea.
Xiaohan lahir pada tahun 1974 di Manchuria. Dia adalah seorang komposer kontemporer dan penyair yang memadukan unsur-unsur musik daerah, dengan karir musik profesional selama hampir 30 tahun. Sebagian besar karyanya terinspirasi dengan mitos dan legenda kuno Pegunungan Putih dan Perairan Hitam (White Mountain and Black Water). Penciptaan musiknya didasari pada logika etnomusikologi Asia Timur Laut, menerapkan metode komposisi modern Barat, dan kehalusannya penuh dengan situasi oriental yang misterius, sunyi, dan halus, serta memberikan citra piktorial.
Program ini terbuka dan gratis!
Kontak:
+62 821-3322-9593 (Verina)
#studioplesungan #performanceart #teater #tari #seniperformans #residensiseni #artistinresidence #dance #theatre

ON STAGE
Indonesia Performance Syndicate & Teater Bumikalamtara Jakarta
“The Convincers of Heaven Collapse“
Jumat, 3 Maret 2023
19:30 – 22:00 WIB
TEATER ARENA
Taman Budaya Jawa Tengah Surakarta
Jl. Ir. Sutami 57, Kentingan 57126 Surakarta
Bincang Seniman bersama Halim HD
Sutradara: Wendy HS dan Joe Mirshal
Penata Cahaya: Yanuar Edy
“The Convincers of Heaven Collapse“
Pertunjukan The Convincers of Heaven Collapse ini merupakan bentuk kerjasama antara komunitas Indonesia Performance Syndicate dengan komunitas Teater Bumikalamtara Jakarta. Perdana dipentaskan 8 Desember 2022 di Goethe Institute Jakarta dalam event Lebaran Teater, Festival Teater Jakarta 2022, Dewan Kesenian Jakarta. Kemudian tahun 2023 ini diproduksi ulang untuk dipantaskan keliling di berbagai kota.
Secara koseptual, karya pertunjukan ini berlandaskan pada konsep tubuh yang disebut Total Body Performance, dimana prinsip kerja tubuh adalah menghasilkan totalitas ekspresi artistik dengan menggabungkan unsur lelakuan (acting), unsur gegerakan (dancing) dan unsur bebunyian (musicing) yang diwujudkan secara internal oleh setiap performer dari dalam pertunjukannya.
Secara tematik, karya ini bertolak dari adaptasi gagasan AA Navis dalam cerpennya yang berjudul Robohnya Surau Kami. Cerpen yang cukup fenomenal di tahun 70-an ini mampu merepresentasikan perkembangan sosial-politik dalam karya seni. Relasi kontekstualitasnya yang tampak lebih kuat dengan perkembangan sosial-politik di Indonesia saat ini, membuat Wendy dan Joe memilih untuk menghadapi tantangan perwujudan artistiknya di atas panggung dengan menggunakan kosep Total Body Performance. Konsep ini bertolak dari pengembangan konsep tubuh dari elemen artistik Tapuak Galemboang pada Randai, sebuah pertunjukan tradisi masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat.
Wendy HS
Memilih dan belajar teater sejak tahun 90-an di kelompok Teater Plus, INS Kayutanam, Sumatera Barat. Alumni INS Kayutanam, alumni Jurusan Seni Teater, FSP, ISI Yogyakarta, dan alumni PSPSR, Sekolah Pascasarjana, UGM Yogyakarta.
Sejak 1996 sampai 2006 tinggal di Yogyakarta. Mulai pertengahan tahun 2006 hingga saat ini, kembali ke kampung halamannya menjadi tenaga pengajar di Prodi Seni Teater, Fakultas Seni Pertunjukan, ISI Padangpanjang, dan mendirikan Teater Tambologi Padangpanjang. Pernah terlibat dalam produksi teater dengan berbagai kelompok di Yogyakarta (1996-2006). Pernah terlibat beberapa produksi film indie di Yogyakarta (1999-2003), beberapa sinetron dan film layar lebar. Pernah mengikuti pelatihan keaktoran Suzuki Method dalam program Bumi Purnati Jakarta – SCOT Japan, ke Togamura, Jepang dan Bali (2016-2017). Penerima program Hibah Inovatif Yayasan Kelola (2009 & 2017), program Hibah Ruang Kreatif Seni Pertunjukan Garin Workhop – Djarum Foundation (2018). Beberapa karyanya telah dipentaskan di Singapura, Malaysia, Jepang, India, Taiwan, Belarusia dan negara lainnya. Pernah berkolaborasi dengan Yuko Kawamoto dan kelompok Shinonome Butoh Tokyo Jepang membuat agenda ASIA BUTOH CAMP di Padangpanjang, Sumatera Barat (2019) Sejak tahun 2016 hingga saat ini, aktif memimpin proses kreatif penciptaan pertunjukan kontemporer berbasis Total Body Performance Method yang dikembangkannya di kelompok Indonesia Performance Syndicate.
Joe Mirshal
Pimpinan kelompok Teater Bumikalamtara Jakarta ini berawal dari turut mendirikan kelompok penulisan sastra dan pertunjukan Dangau Seni Rell 1689 di Padang pada tahun 1989 dan kemudian bergabung sebagai aktor di kelompok Bumi Teater pimpinan Wisran Hadi di Padang (1992-1996). Tahun 1996 hijrah ke Jakarta. Pernah mengikuti Program Drama Acting Class RCTI (1997). Pernah dikontrak sebagai aktor di Teater Tanah Airku – TMII (1997-1999). Sejak tahun 2012 hingga saat ini aktif berkarya di kelompok Teater Bumikalamtara Jakarta. Pernah menjadi salah satu pemenang dan nominator Festival Teater jakarta (2013) dan terakhir telibat dalam agenda Lebaran Teater, Festival Teater Jakarta 2022, Dewan Kesenian Jakarta pada 8 Desember 2022 yang lalu.

Wendy HS dan Joe Mirshal Membongkar Tapuak Galemboang
dalam “The Convincers of Heaven Collapse”
Hari dan Tanggal : Jumat, 3 Maret 2023
Waktu: Pukul 19:30 – 22:00 WIBTempat:
TEATER ARENA
Taman Budaya Jawa Tengah Surakarta
Jl. Ir. Sutami 57, Kentingan 57126 Surakarta
On Stage kembali hadir pada Jumat, 3 Maret 2023 di Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah, dengan menampilkan karya teater bertajuk The Convincers of Heaven Collapse. The Convincers of Heaven Collapse (adaptasi cerpen Robohnya Surau Kami karya AA Navis) disutradarai dan diperankan oleh Wendy HS dan Joe Mirshal. Karya ini bertolak dari adaptasi gagasan AA Navis dalam karya cerpennya Robohnya Surau Kami, yang cukup fenomenal di tahun 70-an. Wendy Hs dan Joe Mirshal sebagai sutradara memilih untuk menghadapi tantangan artistik perwujudannya di atas panggung dengan menggunakan konsep Total Body Performance, yang bertolak dari pengembangan konsep artistik tubuh dari elemen artistik Tapuak Galemboang pada pertunjukan tradisi Randai dalam masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat. Karya ini merupakan hasil kerjasama antara komunitas Indonesia Performance Syndicate dengan komunitas Teater Bumikalamtara Jakarta. Karya ini telah dipentaskan perdana pada 8 Desember 2022 di Goethe-Institut Indonesien dalam Festival Teater Jakarta 2022, diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta. Pada tahun 2023, karya ini diproduksi ulang untuk pentas keliling di berbagai kota.
“The Convincers of Heaven Collapse ” oleh Wendy HS dan Joe Mirshal
Sutradara: Wendy HS dan Joe Mirshal
Penata Cahaya: Yanuar Edy
Bincang Seniman bersama Halim HD
ON STAGE adalah program rutin Studio Plesungan yang menampilkan karya seni pertunjukan setiap dua bulan sekali di Teater Arena – TBJT Surakarta. ON STAGE diadakan untuk meningkatkan apresiasi publik terhadap karya-karya kontemporer melalui penyajian karya seniman terpilih dan bincang publik bersama seniman.
Untuk mencegah penyebaran COVID-19, semua penonton wajib mematuhi protokol kesehatan yang berlaku.
Harga Tiket:
Kategori A (on the spot umum) Rp25.000;
Kategori B (on the spot pelajar) Rp20.000;
Kategori C (early booking umum) Rp20.000;
Kategori D (early booking pelajar) Rp 15.000
Kontak dan pemesanan tiket:
HP / WA: 082133229593
atau di
https://bit.ly/3ksrAcw

BURUH TUBUH
Tradisi ebeg sebagai ruang pertama yang mengakrabkan diri saya dengan tari. Melalui karya Buruh Tubuh saya mencoba menengahkan persoalan-persoalan yang muncul berdasarkan praktik-praktik yang saya alami didalam kesenian ebeg. Karya ini mengangkat tema eksploitasi dengan melakukan tinjauan mengenai hubungan relasi kuasa pada terbentuknya kenyataan dalam kehidupan berkesenian dimasa lalu. Adanya pengalaman rasa sakit yang bersumber dari praktik – praktik didalam ruang kesenian Ebeg sebagai sebuah dampak yang muncul secara dominan mengiringi kehidupan saya selaku koreografer. Keterlibatan saya dalam kesenian ebeg yang senantiasa dihadapkan dengan praktik wuru atau dalam istilah lain trance, cenderung membahayakan diri saya. Mengingat praktik tersebut bersifat manipulatif, yang senyatanya dipelajari sebagai bagian dari proses kreatif latihan dan dikreasikan melalui pola-pola tertentu serta kesadaran penuh. Pola-pola tersebut saya peroleh dari beberapa orang sejak usia sepuluh tahun dengan bentuk pelatihan yang keras serta meninggalkan rasa sakit.
Bentangan atas pengalaman ketubuhan tersebut terjadi karena adanya represi dari pimpinan kelompok kesenian, sehingga muncul aturan dari dalam yang menormalkan. Sehingga muncul pertanyaan terkait “apakah hubungan yang tercipta dari pola semacam itu menjadi hal yang normal atau malah merugikan”? lalu “mengapa jenis praktik yang membahayakan keselamatan pelakunya masih dipertahankan”?. Pertanyaan semacam itu yang senantiasa mengiringi proses penciptaan karya Buruh Tubuh, menimbang ketaatan saya untuk menjalankan aktifitas berkesenian ebeg dengan giat merupakan sebuah tuntutan karena adanya semacam struktur diskursif yang menjamin upah tinggi dari kualitas yang baik. Sehingga adanya sistem upah dalam realitas praktik berkesenian semacam ini mengarahkan saya pada pembahasan tentang sudut pandang relasi kuasa terhadap pola-pola pemekerjaan (mekanisme profesi buruh) yang terjadi di dalam realitas kesenian ebeg.
Koreografi: Dani S. Budiman
Komposisi Musik: Nut Pamurbo dan Arianto
Penata Cahaya: Riski Ade Pradista
Tahun penciptaan : 2021

Tentang Dani S. Budiman
Dani lahir di Cilacap, tahun 1999. Saat ini tinggal dan bekerja di Surakarta. Dani mulai mengenal tari sejak usia tujuh tahun. Tergabung dalam kelompok kesenian ebeg “Tri Waluyo Sari” yang berada diwilayah kampung halamannya. Bersamaan dengan itu Dani juga mempelajari karawitan Banyumas dari Misno Aris Susanto. Sejak tahun 2018, Dani mulai intensif mendalami tari sejak masuk Institut Seni Indonesia Surakarta, dengan mengambil jurusan Seni Tari. Bagi Dani, berkesenian merupakan terapi, melalui berkesenian mampu membantu kesadaran atas kondisi pikiran dan mental yang berada pada realitas. Dani melakukan proses kerja tubuh sebagai upaya bertutur untuk mengungkapkan realitas kehidupan melalui karya dengan berbagai cara dan pendekatan. Dani juga mempelajari keilmuan dalam tari baik dalam perspektif tradisi maupun kontemporer.
Saat ini dani menelisik tubuhnya melalui kelas intensif bersama Melati Suryodarmo. Dani telah terlibat dalam beberapa produksi pertunjukan di bawah beberapa seniman, diantaranya, Melati suryodarmo (Lapse), Otniel Tasman (Amongster, Lengger Laut dan Nosheheorit), Rianto (Mantra Tubuh), Razan Wirjosandjojo (Amygdala) Greatsia Yobel Yunga (Sara), Laras Wiswalendya (Mingsri), dan lainnya. Dani juga mulai mendalami proses artistik dan mulai menciptakan karya – karyanya sendiri, yaitu: Red chair (2020), Me Time (2021), Jerat Jerit (2021), Buruh Tubuh (2022).
Studio Plesungan
On Stage
“BURUH TUBUH” oleh Dani S. Budiman
Hari dan Tanggal : Jumat, 20 Januari 2023
Waktu: Pukul 19:30 – 22:00 WIB
Tempat:
TEATER ARENA
Taman Budaya Jawa Tengah Surakarta
Jl. Ir. Sutami 57, Kentingan 57126 Surakarta
On Stage ketigabelas kali ini menghadirkan “Buruh Tubuh”, sebuah karya dari Dani S.Budiman yang mengungkap pengalaman biografisnya dalam menghadapi realitas kesenian tradisional di antara ruang domestik dan ruang profesional. Koreografi “Buruh Tubuh” merupakan perangkatnya untuk menghadirkan kembali berbagai kenyataan praktik eksploitasi dan manipulasi dalam kesenian Ebeg.
Koreografi: Dani S. Budiman
Komposisi Musik: Nut Pamurbo dan Arianto
Penata Cahaya: Riski Ade Pradista
ON STAGE adalah program rutin Studio Plesungan yang menampilkan karya seni pertunjukan setiap dua bulan sekali di Teater Arena – TBJT Surakarta. ON STAGE diadakan untuk meningkatkan apresiasi publik terhadap karya-karya kontemporer melalui penyajian karya seniman terpilih dan bincang publik bersama seniman.
Bincang Seniman bersama Bapak Wahyu Santosa Prabowo
Moderator: Halim HD
Untuk mencegah penyebaran COVID-19, semua penonton wajib mematuhi protokol kesehatan yang berlaku.
Harga Tiket:
Kategori A (on the spot umum) Rp25.000;
Kategori B (on the spot pelajar) Rp20.000;
Kategori C (early booking umum) Rp20.000;
Kategori D (early booking pelajar) Rp 15.000
Kontak dan pemesanan tiket:
HP / WA: 082133229593
atau di
http://bit.ly/3ZFlkxF
website: www.studioplesungan.org

“ORACLE AND SACRIFICE” OLEH CLAUDIA BOSSE (THEATERCOMBINAT)
Apakah mungkin untuk membaca ekologi lingkungan, ruang sekitarnya, keputusan politik dunia dan kondisi kosmik melalui organ tubuh? atau apakah kita menemukan bentuk masa depan masyarakat di dalam tubuh bagian dalam? Bagaimana jika masa depan terkandung di dalam organ tubuh kita? ORACLE and SACRIFICE adalah evakuasi masa kini melalui aksi puitis yang mengeksplorasi masa depan dan masa lalu menuju ramalan dan pengorbanan yang menyentuh bagian dalam dan luar tubuh dan bagian dalam dan luar dunia kita.
ORACLE and SACRIFICE terinspirasi oleh bentuk pengorbanan darah dan visi orang-orang Babilonia dan Etruria, di mana masa depan politik dibaca melalui organ-organ hewan yang dikorbankan. Ramalan hati dipraktikkan secara khusus oleh orang-orang Etruska; organ hewan yang dibunuh dalam ritual pengorbanan menjadi praktik yang ditafsirkan dalam karya ini. Para cendekiawan, selanjutnya disebut Haruspicius (baca: haru: viscera), membaca peristiwa dan menafsir transmisi kosmik dunia dari hati domba, untuk memberikan rekomendasi untuk keputusan politik. Dalam ramalan hati, perhatian terhadap makrokosmos diperoleh dari mikroorganisme di dalam hati. Organ menjadi wahana dari ramalan puitis dan komunikasi dengan masa depan. Bisa jadi, pengorbanan adalah ritual dari kesepakatan bersama yang berhubungan dengan trauma dalam menuntut perlindungan kolektif yang terancam punah.
Melalui riset ini, Claudia bekerja dengan hubungan antara organ dalam tubuh dan dunia. Pecah belah hubungan dalam ramalan dan pengorbanan disalurkan sebagai (menyerupai-)objek dan narasi performatif dengan tubuh dan materi visual, seperti gerak, perubahan, bunyi, bahasa, dan suara. Sebuah koreografi, sebuah ritual sebagai pertumbuhan laku, sebagai perenungan terhadap ketidakpastian masa depan. Ini tidak lebih dari seputar tubuh kita, organ kita, hubungan mereka kepada dunia, mayat , dan keadaan sebuah komunitas hidup.
ORACLE and SACRIFICE adalah karya tunggal yang dibawakan oleh Claudia Bosse, dengan instrumen bunyi elektronik oleh Günther Auer. Karya ini telah dipentaskan pada Impulstanz – Vienna International Dance Festi
val, Theater Im Pumpenhaus, Tanzquartier Wien – Centre for Contemporary Choreography and Performance, dan lain-lain. Selama residensi mereka di Studio Plesungan, Theatercombinat mementaskan karya ini di pelataran Studio Plesungan dengan beberapa adaptasi yang disesuaikan dengan konteks dan situasi di Solo.


STUDIO PLESUNGAN
ON STAGE
ORACLE and SACRIFICE oleh Claudia Bosse / theatercombinat
Selasa, 29 November 2022
Jam 16:00 – 18:00 WIB
di Studio Plesungan
Pada hari Selasa tanggal 29 November 2022, kami mengundang Bapak/Ibu/Saudara untuk menyaksikan sebuah pertunjukan menjelang senja di pelataran Studio Plesungan oleh theatercombinat, sebuah kelompok pertunjukan transdisipliner yang diinisiasi oleh Claudia Bosse. Claudia Bosse adalah seniman pertunjukan dari Wina, Austria yang saat ini sedang melakukan residensi di Studio Plesungan. Pada kesempatan ini, Claudia akan membawakan karya pertunjukan bertajuk “ORACLE and SACRIFICE”.
ORACLE and SACRIFICE terinspirasi oleh bentuk pengorbanan darah dan visi orang-orang Babilonia dan Etruria, di mana masa depan politik dibaca melalui organ-organ hewan yang dikorbankan. Ramalan hati dipraktikkan secara khusus oleh orang-orang Etruska; organ hewan yang dibunuh dalam ritual pengorbanan menjadi praktik yang ditafsirkan dalam karya ini . Claudia bekerja dengan hubungan antara organ dalam tubuh dan dunia. Pecah belah hubungan dalam ramalan dan pengorbanan disalurkan sebagai (menyerupai-)objek dan narasi performatif dengan tubuh dan materi visual, seperti gerak, perubahan, bunyi, bahasa, dan suara.
Pertunjukan ini akan dilanjutkan dengan sesi Bincang Seniman yang dipandu oleh Halim HD sebagai pemantik diskusi.
Pertunjukan ini tidak menarik biaya tiket (gratis).
Penonton diharapkan sedia payung dan jas hujan.
Kontak dan informasi:
HP / WA: 082133229593
website: www.studioplesungan.org
#studioplesungan #theatercombinat #senipertunjukan #surakarta #tari #teater #performanceart