On Stage

Hari Ghulur

ON STAGE

28 April 2019

Teater Arena

Taman Budaya Jawa Tengah Surakarta

HARI GHULUR

WHITE STONE

White Stone merupakan pertunjukan berbasis laboratorium tari yang diciptakan melalui pengaruh dari metode impresif dan emosional dari teknik Gaga dikombinasikan dengan gerak Pencak Silat Pamor Madura.

Karya ini terinspirasi oleh isu umum tentang masyakarkat Madura yang dikenal sebagai masyarakat yang karakternya keras dan tegas sikapnya. HAri Ghulur tertarik untuk menelusiri hubungan antara kondisi alam dan letak geografis tanah Madura. Karena kondisi geografis yang sangat gersang dengan bukit bebatuan terjal dan kering,  tanah hanya dapat ditanami singkong, ubi, dan jagung yang mana merupakan hasil bumi utama dan menjadi konsumsi setiap hari.Budaya merantau masyarakat Madura mempengaruhi cara bersosialisasi mereka yang unik. Sejak kecil (utamanya laki-laki), mereka belajar pencak silat sebagai dasar pengendalian dan perlindungan diri. Hali ini sering memberi kesan dan sering disalah artikan dengan kekerasan fisik (carok).Namun seiring dengan perkembangan zaman, kesan ini bergeser menjadi hal yang positif dan membangun citra masyarakat Madura. Kerja keras dan meningkatnya taraf pendidikan, masyarakat Madura berkembang menjadi masyarakat yang lebih fleksibel, berwacana luas dan inovatif.

White Stone hadir dalam koreografi yang mewakili wacana ketubuhan masyarakat dan struktur alam Madura. Kekuatan fisik yang digabungkan dengan momen-momen emosional mendekatkan kita pada sisi kemanusian yang realistis.

WHITE STONE

White Stone is a dance laboratory-based performance created through the influence of the impressive and emotional methods of the Gaga technique combined with the motion of Pencak Silat Pamor Madura.

This work was inspired by a general issue about the Madurese community, known as a society whose character was strong and firm. Hari Ghulur was interested in exploring the relationship between the society and the natural conditions and the geographical location of the land of Madura. The very arid geographical conditions with steep and dry rocky hills, land can only be planted with cassava, sweet potatoes, and corn which are the main crops and are consumed every day.

Nomadic culture of the Madurese people influencing their unique way of socializing, for example, since childhood (mainly boys), they learned martial arts called pencak silat as a basis for control and self-protection. This often gives the impression and is often mistaken as physical violence (carok).
But along with the times, this impression shifted into a positive thing and built the image of the Madurese community. Through their hard work and increasing levels of education, Madurese society developed into a more flexible society, broad and innovative discourse.

White Stone is present in the choreography which represents the discourse of the body of society and the natural structure of Madura. Physical strength combined with emotional moments bring us closer to a realistic humanity.

Hari Ghulur

Hari Ghulur , lahir di Madura hidup dan bekerja di Surabaya. Ghulur menekuni dunia tari sejak studi di jurusan Sendratasik UNESA dan melanjutkan pendidikan pasca sarjana dengan fokus Penciptaan Seni di Institute Seni Indonesia ( ISI ) Surakarta.

Hari Ghulur telah menciptakan beberapa karya tari diantaranya “Ghulur” dipentaskan di Bozar Studio, Brussels Belgia dalam Festival Europalia tahun 2017, Festival Salihara Jakarta 2017, M1Contact Southeast Asian Choreographer Singapore 2016, Choreo Lab di Dewan Kesenian Jakarta 2015, Indonesian Dance Festival 2014.

Pada tahun 2018, Hari mengikuti International Choreography Residency (ICR) American Dance Festival di Durham, North Carolina, Amerika Serikat. Karya Hari yang lain juga pernah dipentaskan di China, Malaysia. Hari telah mengikuti residency diantaranya Residency Europalia Festival di belgia selama 1 bulan, Residency di Kaki Seni Art Exchange di Kuala Lumpur Malaysia selama 20 hari, Choreo Lab Dewan Kesenian Jakarta dan Residency Indonesian Dance Festival. Saat ini Hari menjadi dosen di Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) dan prodi tari Univ Negeri Malang.

Bersama istrinya, Sekar Alit, Hari mendirikan Sawung Dance Studio. Bersama timnya, Hari Ghulur terus melakukan eksperimen dan disiplin proses kreatif untuk melahirkan karya karya inovatif.

Hari Ghulur, born in Madura, lives and works in Surabaya. Ghulur has been pursuing the world of dance since studying at the UNESA Graduate School and continuing his postgraduate education with a focus on Art Creation at the Indonesian Institute of the Arts (ISI) Surakarta.
Hari Ghulur has created several dance works including “Ghulur” performed at Bozar Studio, Brussels Belgium in the Europalia Festival 2017, Jakarta Salihara Festival 2017, M1Contact Southeast Asian Choreographer Singapore, Choreo Lab at the 2015 Jakarta Arts Council, 2014 Indonesian Dance Festival.
In 2018, he participated in the International Choreography Residency (ICR) of the American Dance Festival in Durham, North Carolina, United States. Other Day works have also been performed in China, Malaysia. Hari Ghulur has taken part in residencies include the Europalia Residency Festival in Belgium for 1 month, Residency at the Foot Art Art Exchange in Kuala Lumpur Malaysia for 20 days, Choreo Lab Jakarta Arts Council and Residency Indonesian Dance Festival. Today Hari is a lecturer at the Wilwatikta Arts College (STKW) and dance study program at Malang State University.
Together with his wife, Sekar Alit, Hari Ghulur founded Sawung Dance Studio. Together with his team, Hari Ghulur continued to conduct experiments and creative process disciplines to give birth to innovative works.