HOMINID HEART
Pulau Jawa, satu juta tahun yang lalu. hidup dan lahir manusia sangiran yang dikenal sebagai Homo erectus.
sebagai Proto_manusia yang mengawali kesadaran seperti fajar yang mengawali pengetahuan dan penguasaan baru tentang batu dan api, mengarungi dunia dengan api-api kasih dan kepercayaan sekuat batu.
Merekalah yang hidup tanpa interaksi verbal, hidup pada sudut mata yang jernih, pada keheningaan yang dalam, telanjang dalam alam yang tak terbatas,
Apa sebenarnya pembeda kehidupan ?
Ilusi teknologi?
Konstruksi sosial buatan dalam kepentingan era baru?
Satu juta tahun yang lalu,
hidup dengan menyentuh, melihat, mencium, pengetahuan datang dengan rabaan pelan dan organik.
Hominid Heart
Sebuah karya tentang keraguan, kefrustasian pada yang di inginkan, yang diharapkan, untuk merajut benang kembali pada dimensi zaman manusia sangiran.
Pada paradoksitas,
Apa yang akan terjadi jika masuk pada dimensi tersebut?
Apa yang akan lahir jika kita sampai pada titik satu juta tahun lalu untuk bercermin?!
Java Island, one million years ago, lived and was born the Sangiran human known as Homo erectus.
As Proto_human who initiated consciousness like the dawn which initiated new knowledge and mastery of stone and fire, roaming the world with flames of love and belief as strong as stone.
They are the ones who live without verbal interaction, live in the clear corner of the eye, in deep silence, naked in the infinite nature,
What really makes a difference in life?
Technological illusion?
Artificial social construction in the interests of the new era?
One million years ago,
living by touching, seeing, smelling, knowledge comes with slow and organic touch.
Hominid Heart
A work about doubt, frustration with what one wants, what is hoped for, to knit the thread back to the dimensions of the Sangiran human era.
On paradox,
What will happen if you enter that dimension?
What would emerge if we got to the point one million years ago to look in the mirror?!
Director : Ari Rudenko
Dancers : Bagus Pulung Tilamas, Boy Mahmudi, Alan Ilund, Arif Pam
Performance
Saturday, 16.12.2023, 19:30 PM
Teater Arena, Taman Budaya Jawa Tengah Surakarta
Ticket : Free
Information: 0821-3322-9593 or info@studioplesungan.org
Prehistoric Body Theatre (PBT) adalah kelompok pertunjukan seni-sains eksperimental. Mereka berbasis di “Sarang”, studio hutan-bersama yang mereka tinggali di Jawa Tengah, Indonesia. Kelompok kami terdiri dari penari dan seniman pertunjukan asal Indonesia, semuanya mendalami tari tradisional dan ritual dari seluruh nusantara. Mereka bergerak oleh semangat kolektif terhadap konservasi alam, pembangunan komunitas yang egaliter, kreatif, dan bertualang menuju hal-hal yang belum diketahui.
Karya mereka merupakan perpaduan antara teknik tari tradisional dan praktik di dalam berbagai kebudayaan, juga dengan seni panggung eksperimental terkini, serta penelitian kolaboratif yang berkelanjutan. Mereka bekerja sama dengan panel ilmuwan dan mentor internasional, yang membantu menyusun karakter dan narasi tari yang didasari oleh teori dan bukti paleontologi terbaru.
Konsep awal Perhistoric Body Theatre (PBT) digagas oleh Ari Dharminalan Rudenko sebagai direktur eksekutif dan artistik. Ari meluncurkan proyek ini pada tahun 2017 di Institut Seni Indonesia Surakarta dengan kelompok penari pertama yang berdomisili di Solo. Seiring berkembangnya PBT sebagai kelompok kreatif, Ari terus mengembangkan PBT sambil mengejar gelar Ph.D. dalam Studi Penciptaan Tari di Institut Seni, menulis disertasi bilingual tentang metodologi interdisipliner dan proyek unggulan pertama Ghosts of Hell Creek.
Prehistoric Body Theater (PBT) is an experimental art-science performance company. We’re based at the “Nest,” our collective jungle studio in Central Java, Indonesia. Our ensemble consists of indigenous Indonesian dancers and performing artists, all steeped in traditional and ritual dance lineages from across the archipelago. Together, we’re united by a shared passion for nature conservation, creative egalitarian community building, and adventure into the unknown.
Our work is a synthesis of traditional dance techniques and cultural practices, cutting-edge experimental stagecraft, and ongoing collaborative research. We work closely with an international panel of mentor scientists, who help us craft dance characters and narratives deeply informed by the latest paleontological theory and evidence.
The initial concept for PBT was conceived by Ari Dharminalan Rudenko, our executive and artistic director. Ari launched the project in 2017 at the Indonesian Institute for the Arts Surakarta with our first cohort of dancers. As our creative family expands, Ari continues to develop PBT while pursuing a Ph.D. in Dance Creation Studies at the Art Institute, writing a bilingual dissertation on our interdisciplinary methodology and first flagship project Ghosts of Hell Creek.