DANI S. BUDIMAN

BURUH TUBUH

Tradisi ebeg sebagai ruang pertama yang mengakrabkan diri saya dengan tari. Melalui karya Buruh Tubuh saya mencoba menengahkan persoalan-persoalan yang muncul berdasarkan praktik-praktik yang saya alami didalam kesenian ebeg. Karya ini mengangkat tema eksploitasi dengan melakukan tinjauan mengenai hubungan relasi kuasa pada terbentuknya kenyataan dalam kehidupan berkesenian dimasa lalu. Adanya pengalaman rasa sakit yang bersumber dari praktik – praktik didalam ruang kesenian Ebeg sebagai sebuah dampak yang muncul secara dominan mengiringi kehidupan saya selaku koreografer. Keterlibatan saya dalam kesenian ebeg yang senantiasa dihadapkan dengan praktik wuru atau dalam istilah lain trance, cenderung membahayakan diri saya. Mengingat praktik tersebut bersifat manipulatif, yang senyatanya dipelajari sebagai bagian dari proses kreatif latihan dan dikreasikan melalui pola-pola tertentu serta kesadaran penuh. Pola-pola tersebut saya peroleh dari beberapa orang sejak usia sepuluh tahun dengan bentuk pelatihan yang keras serta meninggalkan rasa sakit.

Bentangan atas pengalaman ketubuhan tersebut terjadi karena adanya represi dari pimpinan kelompok kesenian, sehingga muncul aturan dari dalam yang menormalkan. Sehingga muncul pertanyaan terkait “apakah hubungan yang tercipta dari pola semacam itu menjadi hal yang normal atau malah merugikan”? lalu “mengapa jenis praktik yang membahayakan keselamatan pelakunya masih dipertahankan”?. Pertanyaan semacam itu yang senantiasa mengiringi proses penciptaan karya Buruh Tubuh, menimbang ketaatan saya untuk menjalankan aktifitas berkesenian ebeg dengan giat merupakan sebuah tuntutan karena adanya semacam struktur diskursif yang menjamin upah tinggi dari kualitas yang baik. Sehingga adanya sistem upah dalam realitas praktik berkesenian semacam ini mengarahkan saya pada pembahasan tentang sudut pandang relasi kuasa terhadap pola-pola pemekerjaan (mekanisme profesi buruh) yang terjadi di dalam realitas kesenian ebeg.

Koreografi: Dani S. Budiman
Komposisi Musik: Nut Pamurbo dan Arianto
Penata Cahaya: Riski Ade Pradista
Tahun penciptaan : 2021

 

Tentang Dani S. Budiman

Dani lahir di Cilacap, tahun 1999. Saat ini tinggal dan bekerja di Surakarta. Dani mulai mengenal tari sejak usia tujuh tahun. Tergabung dalam kelompok kesenian ebeg “Tri Waluyo Sari” yang berada diwilayah kampung halamannya. Bersamaan dengan itu Dani juga mempelajari karawitan Banyumas dari Misno Aris Susanto. Sejak tahun 2018, Dani mulai intensif mendalami tari sejak masuk Institut Seni Indonesia Surakarta, dengan mengambil jurusan Seni Tari. Bagi Dani, berkesenian merupakan terapi, melalui berkesenian mampu membantu kesadaran atas kondisi pikiran dan mental yang berada pada realitas. Dani melakukan proses kerja tubuh sebagai upaya bertutur untuk mengungkapkan realitas kehidupan melalui karya dengan berbagai cara dan pendekatan. Dani juga mempelajari keilmuan dalam tari baik dalam perspektif tradisi maupun kontemporer.

Saat ini dani menelisik tubuhnya melalui kelas intensif bersama Melati Suryodarmo. Dani telah terlibat dalam beberapa produksi pertunjukan di bawah beberapa seniman, diantaranya, Melati suryodarmo (Lapse), Otniel Tasman (Amongster, Lengger Laut dan Nosheheorit), Rianto (Mantra Tubuh), Razan Wirjosandjojo (Amygdala) Greatsia Yobel Yunga (Sara), Laras Wiswalendya (Mingsri), dan lainnya. Dani juga mulai mendalami proses artistik dan mulai menciptakan karya – karyanya sendiri, yaitu: Red chair (2020), Me Time (2021), Jerat Jerit (2021), Buruh Tubuh (2022).