DANI S. BUDIMAN

ON STAGE
20 Januari 2023
Pukul 19:30 WIB
Teater Arena, Taman Budaya Jawa Tengah,
Jl. Ir Sutami 56, Kentingan, Surakarta 57126
___________________________

BURUH TUBUH
oleh Dani S. Budiman

Tradisi ebeg merupakan ruang awal yang memperkenalkan saya pada dunia tari. Dalam karya Buruh Tubuh, saya mencoba mengangkat persoalan-persoalan yang saya alami langsung dalam praktik kesenian ebeg. Karya ini berangkat dari tema eksploitasi, dengan meninjau relasi kuasa yang membentuk realitas dalam kehidupan berkesenian di masa lalu.

Pengalaman akan rasa sakit yang muncul dari praktik dalam ruang kesenian ebeg menjadi dampak dominan yang membentuk kehidupan saya sebagai koreografer. Keterlibatan saya dalam kesenian ebeg selalu dihadapkan pada praktik wuru, atau dalam istilah lain trance, yang cenderung membahayakan diri saya. Praktik ini bersifat manipulatif, meskipun diajarkan sebagai bagian dari proses kreatif latihan, dan dikreasikan melalui pola-pola tertentu yang melibatkan kesadaran penuh. Pola-pola ini saya pelajari dari beberapa orang sejak usia sepuluh tahun, dengan metode pelatihan yang keras dan menyisakan rasa sakit.

Pengalaman ketubuhan yang saya alami merupakan hasil dari represi yang datang dari pimpinan kelompok kesenian, yang melahirkan aturan internal dan menormalisasi praktik tersebut. Hal ini memunculkan sejumlah pertanyaan: “Apakah relasi yang terbentuk dari pola semacam ini bisa dianggap wajar, atau justru merugikan?” dan “Mengapa praktik yang membahayakan keselamatan pelakunya tetap dipertahankan?”

Pertanyaan-pertanyaan inilah yang terus menyertai proses penciptaan Buruh Tubuh. Ketaatan saya dalam menjalani praktik kesenian ebeg adalah bentuk tanggung jawab atas tuntutan struktur diskursif yang menjanjikan upah tinggi seiring dengan kualitas penampilan yang baik. Sistem upah yang berlaku dalam praktik kesenian ebeg ini membawa saya pada pembahasan mengenai sudut pandang relasi kuasa dalam pola-pola pemekerjaan—yakni mekanisme kerja buruh—yang terjadi di dalam realitas kesenian ebeg.


Koreografi: Dani S. Budiman
Komposisi Musik: Nut Pamurbo dan Arianto
Penata Cahaya: Riski Ade Pradista
Tahun Penciptaan: 2021

ON STAGE
January 20, 2023
7:30 PM WIB
at Teater Arena, Taman Budaya Jawa Tengah
Jl. Ir Sutami 56, Kentingan, Surakarta 57126
________________________

BURUH TUBUH
by Dani S. Budiman

The ebeg tradition was my first encounter with the world of dance. In Buruh Tubuh (Body Labor), I explore the issues that have arisen from my direct experience within this traditional art form. This work addresses the theme of exploitation by examining the power dynamics that shape the realities of artistic life in the past.

The pain I experienced through the practice of ebeg has left a lasting mark on my life as a choreographer. My involvement in this tradition has always been closely tied to the practice of wuru—or trance—which I have come to see as potentially harmful. While often understood as part of the creative process, this practice is in fact manipulative, consciously learned and choreographed through specific patterns. I began learning these patterns from the age of ten, undergoing harsh training that left both physical and emotional scars.

This embodied experience was shaped by the repressive dynamics of group leadership within ebeg, where internalized rules normalized harmful practices. This led me to question: Are the relationships formed through such patterns truly normal, or are they harmful? And why are practices that endanger the performers still preserved?

Such questions became central to the creative process of Buruh Tubuh. My commitment to ebeg was driven by a demand for artistic excellence, tied to a discursive structure that equates high quality with high pay. This wage-based system within the reality of ebeg led me to examine power relations and labor mechanisms—how the tradition, in fact, mirrors systems of labor exploitation.


Choreography: Dani S. Budiman
Music Composition: Nut Pamurbo and Arianto
Lighting Design: Riski Ade Pradista
Year of Creation: 2021

Tentang Dani S. Budiman

Dani S. Budiman lahir di Cilacap pada tahun 1999. Saat ini ia tinggal dan bekerja di Surakarta. Ia mulai mengenal dunia tari sejak usia tujuh tahun melalui keterlibatannya dalam kelompok kesenian ebeg “Tri Waluyo Sari” yang berada di kampung halamannya. Pada waktu yang sama, Dani juga mempelajari karawitan Banyumasan dari Misno Aris Susanto.

Sejak tahun 2018, Dani menekuni dunia tari secara lebih mendalam ketika menempuh pendidikan di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta dengan mengambil jurusan Seni Tari. Bagi Dani, berkesenian merupakan bentuk terapi—sarana untuk membangun kesadaran atas kondisi mental dan pikiran dalam menghadapi realitas hidup. Ia menjadikan proses kerja tubuh sebagai medium bertutur, untuk mengungkapkan pengalaman dan kenyataan hidup melalui beragam pendekatan artistik. Dalam prosesnya, Dani mengeksplorasi keilmuan tari baik dari perspektif tradisi maupun kontemporer.

Saat ini, Dani tengah menelisik tubuhnya lebih dalam melalui kelas intensif bersama Melati Suryodarmo. Ia telah terlibat dalam berbagai produksi pertunjukan bersama sejumlah seniman, antara lain Melati Suryodarmo (Lapse), Otniel Tasman (Amongster, Lengger Laut, dan Nosheheorit), Rianto (Mantra Tubuh), Razan Wirjosandjojo (Amygdala), Greatsia Yobel Yunga (Sara), Laras Wiswalendya (Mingsri), dan lainnya.

Selain terlibat dalam karya seniman lain, Dani juga mulai merintis proses artistiknya sendiri dan menciptakan karya-karya tari, di antaranya: Red Chair (2020), Me Time (2021), Jerat Jerit (2021), dan Buruh Tubuh (2022).

About Dani S. Budiman

Dani S. Budiman was born in Cilacap in 1999. He currently lives and works in Surakarta. Dani was first introduced to dance at the age of seven through his involvement in the traditional ebeg performance group “Tri Waluyo Sari” in his hometown. Around the same time, he also studied Banyumasan gamelan music under Misno Aris Susanto.

Since 2018, Dani has pursued dance more intensively after enrolling in the Dance Department at the Indonesian Institute of the Arts (ISI) Surakarta. For Dani, artmaking serves as a form of therapy—a means to build awareness of his mental and emotional state in relation to reality. He uses the body as a storytelling tool to express life experiences through various artistic approaches. His exploration of dance encompasses both traditional and contemporary perspectives.

Currently, Dani is delving deeper into bodily inquiry through an intensive class with Melati Suryodarmo. He has participated in several productions under the direction of notable artists, including Melati Suryodarmo (Lapse), Otniel Tasman (Amongster, Lengger Laut, and Nosheheorit), Rianto (Mantra Tubuh), Razan Wirjosandjojo (Amygdala), Greatsia Yobel Yunga (Sara), Laras Wiswalendya (Mingsri), and others.

In addition to collaborating with other artists, Dani has also begun developing his own artistic projects. His choreographic works include Red Chair (2020), Me Time (2021), Jerat Jerit (2021), and Buruh Tubuh (2022).