
ON STAGE
Wednesday, May 10, 2023
7:00 PM – 10:00 PM WIB
Teater Arena, Taman Budaya Jawa Tengah,
Jl. Ir Sutami 57, Kentingan, Surakarta 57126
THE (FAMOUS) SQUATTING DANCE
by Wayan Sumahardika
The (Famous) Squatting Dance is a performance study project that explores the act of squatting as an archival repertoire. The presence of squatting is not merely a human necessity; it also carries diverse knowledge, networks of ideas, and various political-aesthetic narratives that continuously emerge and evolve behind it.
This work is inspired by the Bali Archive 1928, using materials from Igel Jongkok, a dance by the Balinese master dancer, I Ketut Marya. As a monumental dance of its time, Igel Jongkok serves as a source of ideas to unravel the discourse of squatting gestures within colonial frameworks, transitional circular movements, and its potential to be viewed as a continuation of local cultural traditions.
How is the colonial social construction of the squatting gesture intervened by dance based on the act of squatting? How does the individual innovation of the Igel Jongkok dance develop into a communal traditional convention? What is the relationship between squatting in daily life and squatting in dance? And how is squatting perceived today?
Director: I Wayan Sumahardika
Dancers: Jacko Wahyu Rizky, Krisna Satya, Agus Wiratama, Tri Ray Dewantara
Music Composers: Barga Sastrawadi & Yogi Sukawiadnyana
Guest Speaker: Nyoman Cahya
Moderator: Halim HD
ON STAGE
Rabu, 10 Mei 2023
Pukul 19.00–22.00 WIB
Teater Arena, Taman Budaya Jawa Tengah
Jl. Ir Sutami 57, Kentingan, Surakarta 57126
“THE (FAMOUS) SQUATTING DANCE”
oleh Wayan Sumahardika
The (Famous) Squatting Dance merupakan proyek studi pertunjukan yang mencoba membaca praktik jongkok sebagai sebuah repertoar arsip. Jongkok tidak hanya merupakan gestur fisiologis manusia, tetapi juga menyimpan berbagai pengetahuan, jejaring gagasan, serta narasi politis-estetis yang terus tumbuh dan berkembang di baliknya.
Karya ini berangkat dari Arsip Bali 1928, dengan menggunakan materi tari Igel Jongkok karya maestro tari Bali, I Ketut Marya. Sebagai tari monumental pada masanya, Igel Jongkok menjadi titik tolak untuk menelusuri wacana jongkok dalam bingkai gestur kolonial, situasi transisional yang bergerak secara sirkular, serta kemungkinan untuk memaknainya sebagai keberlanjutan dari tradisi budaya lokal.
Pertunjukan ini mengajak kita bertanya: Bagaimana konstruksi sosial kolonial atas gestur jongkok diintervensi oleh tari yang berakar pada praktik jongkok? Bagaimana inovasi personal dalam Igel Jongkok berkembang menjadi konvensi tradisi komunal? Apa hubungan antara jongkok dalam kehidupan sehari-hari dengan jongkok dalam seni tari? Dan bagaimana posisi jongkok hari ini?
Sutradara: I Wayan Sumahardika
Penari: Jacko Wahyu Rizky, Krisna Satya, Agus Wiratama, dan Tri Ray Dewantara
Penata Musik: Barga Sastrawadi & Yogi Sukawiadnyana
Pembicara Tamu: Nyoman Cahya
Moderator: Halim HD
Wayan Sumahardika (b. 1992, Denpasar) is a writer, director, and theatre maker. He is the artistic director of the Mulawali Institute, a multidisciplinary performing arts institution based in Bali. From 2016 to 2022, he founded Teater Kalangan. His artistic practice navigates the intersections of theatre, dance, various art forms, and daily practices as cultural studies through site-specific, archival-repertoire, and speculative approaches. Currently, Sumahardika is interested in exploring the dynamics of Balinese tradition, tourism, and cross-cultural encounters within local communities.
The Mulawali Performance Forum is a collective platform for performance production under the Mulawali Institute.
Wayan Sumahardika adalah penulis, sutradara, dan pembuat teater kelahiran Denpasar, 1992. Ia aktif sebagai Direktur Artistik Mulawali Institute, sebuah lembaga lintas disiplin seni pertunjukan berbasis di Bali. Pada tahun 2016–2022, ia mendirikan dan memimpin kelompok Teater Kalangan. Praktik artistiknya banyak bergerak pada persimpangan antara teater, tari, ragam seni, dan praktik keseharian sebagai studi budaya, melalui pendekatan site-specific, repertoar-arsip, dan spekulatif. Saat ini, Suma tertarik menelusuri dinamika tradisi Bali, pariwisata, serta perjumpaan lintas budaya yang berlangsung di sekitarnya.
Mulawali Performance Forum adalah platform kolektif produksi pertunjukan yang digagas oleh Mulawali Institute.

