2012

Undisclosed Territory #6

Revisiting the personal body

Since several decades, it has been widely discussed among practitioners of performance art as well as their observers, about how our bodies function as the main medium in the work of performance art. Assuming that the body can not only defined as physical manifestation, there researches related to questions on anything that can be opened, traced, disassembled and examined from the human body.

I am referring to the meaning of body in Indonesian language. It has a deeper meaning than just its meaning of the physical body, it contains other non physical aspects included the cultural and historical relations and influences.

In our everyday life we collect and filter our events through our dayly life actions time by time. Through the physical sensors, our the actions are digested in our memory capacity and subsequently becomes a sign. Those are probably signs  which can influence our behavior  or actions performed in another time perspective and different events. Considering that the ability to receive and process their environments, each human being are very different. The human body in its own space and in its social environment with different conditions become the main individual resource and unique.

Historically, performance art has been using the body as a non-objective material. The body is enabled to represent the thoughts, concepts and events without a made-up sophistication. Performance artists perform actions by using the body as a unified constellation, between the concepts, actions, space and time and contain the rules of subjectivity.

The bodies appears from their personal scopes of the private and individual lives. Those private spaces become a boundless area when the owners enter spaces which have not been revealed. The unexpected or hidden spaces give a tremendous potential to be processed and associated with current space and time.

In our private spaces, the relations between our bodies to other aspects of our lives, such as social, cultural, economic, biological, political, spirituality much more likely to be found and rediscovered.

I would like to invite performance art practitioners whose work bring us back to our bodies as a source to trace actual ideas, by observing and researching the history of the private spaces.

In the hope that the “undisclosed territory # 6” 2012, will be an activity that will continue to grow and evolve with the intensity of research and its realization in the form of performance art and dialogue between artists and the public.

Menengok Kembali Tubuh Personal

Sudah sejak beberapa dekade, telah banyak dibicarakan dikalangan praktisi performance art maupun peminatnya, tentang bagaimana tubuh kita berfungsi sebagai medium utama dalam berkarya. Pembicaraan dan pembahasan tentangnya banyak menyangkut pertanyaan tentang apa saja yang bisa dibuka atau ditelusuri, dikuakkan dan diteliti dari tubuh manusia jika tubuh tidak saja dimaknakan sebagai wujud fisiknya saja.

Tubuh dalam pengertian bahasa Indonesia memiliki makna yang lebih dalam dari sekedar berarti jasad atau badan. Dalam kehidupan sehari-hari, tindakan yang kita lakukan banyak mengumpulkan dan menyaring peristiwa-peristiwa dalam waktu di mana kita berada. Sensor-sensor fisik melalui tindakan-tindakan yang kita lakukan itu, tercerna dalam kapasitas memori kita dan selanjutnya menjadi sebuah tanda. Tanda-tanda itu bisa mempengaruhi tingkah laku atau tindakan kita berikutnya yang kemudian dilakukan dalam perspektif waktu dan peristiwa yang berbeda pula.

Tubuh manusia dalam ruang dan lingkungan sosialnya yang berbeda-beda, menjadi sebuah sumber yang sifatnya individual dan unik, karena daya kemampuan untuk menerima dan mengolah lingkungan tersebut masing-masing manusia sangat berbeda.

Dalam sejarahnya, performance art menggunakan tubuh sebagai materi yang sifatnya non-objektif. Tubuh diaktifkan untuk mewakili sebuah pikiran, konsep dan peristiwa tanpa sebuah rekayasa yang dibuat-buat. Seniman performans, melakukan tindakannya dengan menggunakan tubuh sebagai sebuah konstelasi yang menyatu, antara konsep, tindakan,ruang dan waktu dan mengandung kaidah subyektifitasnya.

Tubuh-tubuh personal berangkat dari ruang lingkungan pribadi masing-masing. Ruang-ruang pribadi ini menjadi sebuah sumber yang tanpa batas, ketika pemiliknya memasuki ruang-ruang yang selama ini belum terungkap kembali. Ruang-ruang tidak terduga atau tersembunyi itu mempunyai potensi yang luar biasa untuk diolah dan dihubungkan dengan ruang dan waktu yang kini.

Dari ruang-ruang pribadi ini, kemungkinan akan ditemukan hubungan-hubungan antara tubuh kita saat ini dengan aspek-aspek kehidupan kita yang lain, misalnya aspek sosial, budaya, ekonomi, biologis, politik, spiritualitas dan masih banyak lagi kemungkinannya.

Saya mangajak para seniman praktisi performance art yang karya-karyanya membawa kita untuk kembali pada tubuh kita sebagai sumber jejak pemikiran-pemikiran aktual yang kita miliki sekarang melalui pengamatan dan riset sejarah ruang-ruang pribadi mereka masing-masing.

Semoga „undisclosed territory#6“  di Padepokan Lemah Putih pada tahun 2012 ini akan menjadi sebuah kegiatan yang akan terus tumbuh dan berkembang bersama intensitas riset serta pengejawantahannya dalam bentuk karya performance-performance art serta dialog antara seniman dan publiknya.

Solo, August 2012

Melati Suryodarmo

Kamis,

30 Agustus

 

Time

 

Artist

 

LOCATION

   

15:00 – 18:00

  Opening
LONG DURATIONAL PERFORMANCEs Dwinanda Agung K Square
Achry Teak garden
Desti Main Garden
Luna Mandala
PERFORMANCES 15:30 – 16:00 Kelvin Atmadibrata
16:30 – 17:00 Hendra Setiawan Main Garden
18:00 – 19:00 Dinner Break Dinner
PERFORMANCES 19:00 – 19:30 Mongkol Plienbanchang Pendopo
19:40 – 20:10 Ma Ei Pendopo
20:20 – 20:50 Fitri Setyanigsih Pendopo
Jumat,

31 Agustus

LOCATION
  15:00 – 16:00 Talk Show With Marintan Sirait and Aor Nopawan Siriwejkul and Melati Suryodarmo
LONG DURATIONAL PERFORMANCES 15:00 – 18:00

 

Sonny Arendra Main garden
Aliansyah Chaniago Square platform
Ding Yu chun Main garden
PERFORMANCEs 17:15 – 18:00 Rudi Abdalah Pendopo
18:00 – 19:00 Dinner Break
PERFORMANCEs 19:00 – 19:30 Ananda Pendopo
19:40 – 20:10 Aor Nopawan Siriwejkul Pendopo
20:20 – 20:50 Marintan Sirait Mandala

Achri Hendratno

Aliansyah Chaniago

Ananda Artianto

Aor Nopawan Sirivejkul

Desti HAyu PuspanegaraDing Yu CHung

Dwinanda Agung K

Fitri Setyaningsih

Hendra Setiawan

Kelvin Atmadibrata

Luna DIan S.A

Ma Ei

Marintan Sirait

Mongkol Plienbanchang

Rudi Abdalah

Sonny Arendra