ON STAGE

ON STAGE

WAKTU LINGKAR

by

RETNO SULISTYORINI

20 – 21 SEPTEMBER 2019

Teater Arena

Taman Budaya Jawa Tengah Surakarta

PEMESANAN TIKET
Via WA/SMS : 082223289788
EMAIL : info@studioplesungan.org

On the Spot
Catergory A Umum : 25.000 IDR
Category B Pelajar/Mahasiswa: 20.000 IDR

Early Booking
Category C Umum: 20.000 IDR
Catergory D Pelajar dan Mahasiswa: 15.000 IDR

ON STAGE
menghadirkan karya tari
RETNO SULISTYORINI

ON STAGE hadir untuk ketiga kalinya dengan menampilkan Waktu Lingkar dan Noise , dua karya Retno Sulistyorini, seniman peraih Hibah Seni Kelola 2019.

“Waktu Lingkar” terinspirasi dari aktifitas yang dilakukan berulang kali hingga menjadi sebuah rutinitas yang membosankan. Semua terlihat sama, apa yang dilihat, suasana yang dirasakan, waktu yang dipakai, dan masih banyak lagi. Namun rutinitas selalu memunculkan pergolakan batin yang berubah-ubah. Suasana hati sangat mempengaruhi ekspresi kejiwaan untuk mempresentasikan apa yang dirasakan. Karya ini adalah sebuah ekpresi tubuh tentang pergolakan batin dalam menghadapi sebuah rutinitas. Selain menggunakan media gerak dan tubuh, “Waktu Lingkar” juga melibatkan vokal. Karya ini pertama kali dipentaskan dalam program Dance in Asia di Teater Arena oleh Retno Sulistyorini dan Cahwati. Pada pementasan kedua ini Retno Sulistyorini akan tampil bersama Hana Yulianti.

Sementara karya berjudul “Noise” bertitik tolak dari pengamatan pada keriuhan suasana yang terjadi disekitar. Suasana tersebut sangat mempengaruhi pikiran dan perasaan manusia. Keriuhan bagi beberapa orang bisa sangat mengganggu dan mempengaruhi emosi, tapi tidak terlalu mengganggu untuk beberapa orang lainnya. Pada pementasan perdananya, “Noise” akan ditampilkan oleh David Bima Sakti Perdana, Prasetya Dwi Adi Nugroho, Kristiyanto, Hana Yulianti dan Yezyuruni Forinti.

Tentang Retno Sulistyorini

Retno Sulistyorini atau biasa disapa Enno, lahir di Jakarta tahun 1981. Enno belajar tari secara formil di SMKI Surakarta dan melanjutkannya ke jurusan tari jalur kepenarian di ISI Surakarta. Saat kuliah Enno juga mulai mengenal dan belajar pada seniman seni pertunjukan dan koreografer-koreografer senior di Surakarta seperti Suprapto Suryodarmo, Mugiyono Kasido, dan Eko Supriyanto sehingga ia kemudian memutuskan untuk mengubah jalur studinya dari kepenarian menjadi koreografi. Baginya menjadi koreografer sangat menantang karena dituntut untuk terus berkarya. Enno punya ketertarikan besar pada isu-isu perempuan. Setelah karya „Pisau“ (2000), Enno menciptakan “Nafas” (2003) yang bercerita tentang tradisi pingit untuk perempuan Jawa. Enno memperlakukan karya-karyanya sebagai sesuatu yang terus berkembang dan berubah setiap kali dipentaskan. Contohnya seperti karya “Pisau” yang selalu dipentaskan dengan format visual yang variatif di tiap pementasannya. Karya “Pisau” pula melatarbelakangi penciptaan “Ruang dalam Tubuh” yang didukung program Empowering Women Artists dari Yayasan Kelola tahun 2010 silam. Saat berkarya, Enno juga senang mengeksplorasi keruangan dan bentuk visual. Dalam karya “Samparan Moving Space”, Enno memadukan tari dengan beragam sudut pandang seperti instalasi, seni rupa dan teater. Karya yang meraih dukungan Hibah Seni Kelola 2007 ini menjadi karya yang paling berkesan bagi Enno, karena tampil pada pertunjukan tunggal perdananya. Bahkan, ia mendapatkan undangan pentas dan diskusi di berbagai tempat berkat karya ini, di antaranya beberapa kota Italia, Belanda dan Belgia. Enno yang karyanya banyak berpijak pada keseharian kembali mendapatkan Hibah Seni Kelola 2019, untuk karya yang berjudul “Waktu Lingkar”. Karya-karya Enno diantaranya: WAKTU LINGKAR (2019), SELAPAN (2018), KANAN DAN KIRI (2018), API (2018), ROMAN (2016), GARBA (2016), LABIRIN (2015), PAGI YANG DIPUNGUT (2013), KLISE (2011), RUANG DALAM TUBUH (2010), TUBUH BISU (2009), SAMPARAN MOVING SPACE (2007), KUMARI (2006), NAFAS (2004), PISAU (2000).

Tentang Kelola

Keanekaragaman seni dan budaya Indonesia merupakan kekayaan yang tak ternilai dan dikagumi di seluruh dunia. Kreativitas anak bangsa yang menciptakan inovasi yang membanggakan perlu terus dipupuk dan didukung oleh kita semua. Sebagai organisasi nirlaba berjangkauan nasional, Kelola memberi perhatian khusus agar generasi ke generasi seni dan budaya Indonesia terus hidup dan berdaya saing di dunia internasional. Didirikan pada 1999, Kelola menyediakan peluang belajar, pendanaan dan informasi. Kelola juga mewujudkan pertukaran budaya dengan menjalin kerjasama antar pelaku seni untuk berdialog, berbagi ketrampilan serta pengetahuan, dan membangun jejaring kerja dengan masyarakat seni dan budaya nasional maupun internasional. Program-program Kelola disusun sebagai tanggapan terhadap berbagai kebutuhan dan permasalahan yang diungkapkan oleh masyarakat seni visual, tari, musik dan teater Indonesia. Bila kebutuhan masyarakat-masyarakat seni dan budaya bergeser dan berubah, program Kelola pun akan ikut berubah. Program-program Kelola dimungkinkan berkat kemitraan dengan HIVOS, The Ford Foundation, The Asian Cultural Council, The Asialink Centre, Biyan Wanaatmadja, First State Investments Indonesia, donatur perorangan, dan berbagai organisasi seni budaya Sejak 1999, Kelola telah mendukung lebih dari 3500 seniman dan pekerja seni Indonesia untuk berkarya, mengembangkan kapasitas, dan memperluas jaringan mereka di bidang tari, musik, teater, dan seni visual.

ON STAGE adalah program rutin Studio Plesungan yang menampilkan karya seni pertunjukan setiap dua bulan sekali di teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah Surakarta. ON STAGE diadakan untuk meningkatkan apresiasi publik terhadap karya-karya kontemporer melalui penyajian karya seniman terpilih dan bincang publik bersama seniman. “On Stage” dirancang juga untuk meningkatkan silaturahmi antar pekerja seni mandiri dan khalayak seni yang lebih luas.

Studio Plesungan adalah ruang nir-laba yang didirikan oleh Melati Suryodarmo pada tahun 2012 di Desa Plesungan, Karanganyar. Studio Plesungan merupakan ruang terorganisir yang menyediakan kesempatan untuk riset, proses kreatif, presentasi karya khususnya seni performan, seni rupa dan seni pertunjukan lainnya. Studio Plesungan menyediakan ruang-ruangnya untuk program workshop, kuliah terbuka, pengkajian, diskusi umum dan artist in residence. Studio Plesungan berpihak pada prinsip pengolahan kedaulatan ilmu dan ekonomi para pelaku kesenian serta peningkatan sumber daya manusia terutama di bidang penciptaan dan produk pengetahuan.

__________________________________________________

Hari Ghulur

ON STAGE

28 April 2019

Teater Arena

Taman Budaya Jawa Tengah Surakarta

HARI GHULUR

WHITE STONE

White Stone merupakan pertunjukan berbasis laboratorium tari yang diciptakan melalui pengaruh dari metode impresif dan emosional dari teknik Gaga dikombinasikan dengan gerak Pencak Silat Pamor Madura.

Karya ini terinspirasi oleh isu umum tentang masyakarkat Madura yang dikenal sebagai masyarakat yang karakternya keras dan tegas sikapnya. HAri Ghulur tertarik untuk menelusiri hubungan antara kondisi alam dan letak geografis tanah Madura. Karena kondisi geografis yang sangat gersang dengan bukit bebatuan terjal dan kering,  tanah hanya dapat ditanami singkong, ubi, dan jagung yang mana merupakan hasil bumi utama dan menjadi konsumsi setiap hari.Budaya merantau masyarakat Madura mempengaruhi cara bersosialisasi mereka yang unik. Sejak kecil (utamanya laki-laki), mereka belajar pencak silat sebagai dasar pengendalian dan perlindungan diri. Hali ini sering memberi kesan dan sering disalah artikan dengan kekerasan fisik (carok).Namun seiring dengan perkembangan zaman, kesan ini bergeser menjadi hal yang positif dan membangun citra masyarakat Madura. Kerja keras dan meningkatnya taraf pendidikan, masyarakat Madura berkembang menjadi masyarakat yang lebih fleksibel, berwacana luas dan inovatif.

White Stone hadir dalam koreografi yang mewakili wacana ketubuhan masyarakat dan struktur alam Madura. Kekuatan fisik yang digabungkan dengan momen-momen emosional mendekatkan kita pada sisi kemanusian yang realistis.

WHITE STONE

White Stone is a dance laboratory-based performance created through the influence of the impressive and emotional methods of the Gaga technique combined with the motion of Pencak Silat Pamor Madura.

This work was inspired by a general issue about the Madurese community, known as a society whose character was strong and firm. Hari Ghulur was interested in exploring the relationship between the society and the natural conditions and the geographical location of the land of Madura. The very arid geographical conditions with steep and dry rocky hills, land can only be planted with cassava, sweet potatoes, and corn which are the main crops and are consumed every day.

Nomadic culture of the Madurese people influencing their unique way of socializing, for example, since childhood (mainly boys), they learned martial arts called pencak silat as a basis for control and self-protection. This often gives the impression and is often mistaken as physical violence (carok).
But along with the times, this impression shifted into a positive thing and built the image of the Madurese community. Through their hard work and increasing levels of education, Madurese society developed into a more flexible society, broad and innovative discourse.

White Stone is present in the choreography which represents the discourse of the body of society and the natural structure of Madura. Physical strength combined with emotional moments bring us closer to a realistic humanity.

Hari Ghulur

Hari Ghulur , lahir di Madura hidup dan bekerja di Surabaya. Ghulur menekuni dunia tari sejak studi di jurusan Sendratasik UNESA dan melanjutkan pendidikan pasca sarjana dengan fokus Penciptaan Seni di Institute Seni Indonesia ( ISI ) Surakarta.

Hari Ghulur telah menciptakan beberapa karya tari diantaranya “Ghulur” dipentaskan di Bozar Studio, Brussels Belgia dalam Festival Europalia tahun 2017, Festival Salihara Jakarta 2017, M1Contact Southeast Asian Choreographer Singapore 2016, Choreo Lab di Dewan Kesenian Jakarta 2015, Indonesian Dance Festival 2014.

Pada tahun 2018, Hari mengikuti International Choreography Residency (ICR) American Dance Festival di Durham, North Carolina, Amerika Serikat. Karya Hari yang lain juga pernah dipentaskan di China, Malaysia. Hari telah mengikuti residency diantaranya Residency Europalia Festival di belgia selama 1 bulan, Residency di Kaki Seni Art Exchange di Kuala Lumpur Malaysia selama 20 hari, Choreo Lab Dewan Kesenian Jakarta dan Residency Indonesian Dance Festival. Saat ini Hari menjadi dosen di Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) dan prodi tari Univ Negeri Malang.

Bersama istrinya, Sekar Alit, Hari mendirikan Sawung Dance Studio. Bersama timnya, Hari Ghulur terus melakukan eksperimen dan disiplin proses kreatif untuk melahirkan karya karya inovatif.

Hari Ghulur, born in Madura, lives and works in Surabaya. Ghulur has been pursuing the world of dance since studying at the UNESA Graduate School and continuing his postgraduate education with a focus on Art Creation at the Indonesian Institute of the Arts (ISI) Surakarta.
Hari Ghulur has created several dance works including “Ghulur” performed at Bozar Studio, Brussels Belgium in the Europalia Festival 2017, Jakarta Salihara Festival 2017, M1Contact Southeast Asian Choreographer Singapore, Choreo Lab at the 2015 Jakarta Arts Council, 2014 Indonesian Dance Festival.
In 2018, he participated in the International Choreography Residency (ICR) of the American Dance Festival in Durham, North Carolina, United States. Other Day works have also been performed in China, Malaysia. Hari Ghulur has taken part in residencies include the Europalia Residency Festival in Belgium for 1 month, Residency at the Foot Art Art Exchange in Kuala Lumpur Malaysia for 20 days, Choreo Lab Jakarta Arts Council and Residency Indonesian Dance Festival. Today Hari is a lecturer at the Wilwatikta Arts College (STKW) and dance study program at Malang State University.
Together with his wife, Sekar Alit, Hari Ghulur founded Sawung Dance Studio. Together with his team, Hari Ghulur continued to conduct experiments and creative process disciplines to give birth to innovative works.

On Stage

ON STAGE
menghadirkan karya tari
Muslimin Bagus Pranowo

Hari/Tanggal: Jumat, tanggal 5 Juli 2019
Pukul: 19:30 WIB
Tempat: di Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah Surakarta

Bersama dua karya pilihan yang berjudul “GALLERY” dan “SAYA ATAU AKU ?”. Kedua karya ini merupakan karya Muslimin yang mewakili karakteristik kekaryaannya.
Usai sajian dua pertunjukan tersebut, akan dibuka sesi Artist Talk yang dipandu oleh Joned Suryatmoko.ON STAGE adalah program rutin Studio Plesungan yang menampilkan karya seni pertunjukan setiap dua bulan sekali di teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah Surakarta. ON STAGE diadakan untuk meningkatkan apresiasi publik terhadap karya-karya kontemporer melalui penyajian karya seniman terpilih dan bincang publik bersama seniman. “On Stage” dirancang juga untuk meningkatkan silaturahmi antar pekerja seni mandiri dan khalayak seni yang lebih luas.
Tentang Muslimin Bagus Pranowo
Seniman tari yang lahir di Solo pada tahun 1982, telah mulai belajar menari dari sejak kecil dari ibunya dan mengikuti pelatihan tari Jawa di sanggar sejak usia lima tahun. Ketertarikannya dan bakatnya di dunia tari mendorong Muslimin untuk masuk ke jenjang pendidikan sekolah menengah di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia Surakarta (SMKI) dan melanjutkan ke jenjang pendidi- kan Tinggi di Institut Seni Indonesia Surakarta. Selain aktif sebagai guru dan pelatih tari; Muslimin melanjutkan proses kreatifnya dengan menciptakan beberapa karyanya dan terlibat aktif dalam proses karya kolaboratif dengan seniman lain. Karya-karya tari Muslimin antara lain “IM MIX”, “FIVE, SIX, SEVEN, EIGHT”, “KAMAR no 9”, “SAYA ATAU AKU?”, “TEMBUNG TEMBANG”, “WANITA, WANITA dan PEREMPUAN”, “GALLERY”, “DI MEJA; serta drama musikal “HINAMAT- SURI” dan “SAYA INDONESIA”.
__________________________________________________

PEMESANAN TIKET
Via WA/SMS : 082223289788
EMAIL : info@studioplesungan.org

On the Spot
Catergory A Umum : 25.000 IDR
Category B Pelajar/Mahasiswa: 20.000 IDR

Early Booking
Category C Umum: 20.000 IDR
Catergory D Pelajar dan Mahasiswa: 15.000 IDR

www.studioplesungan.org

ON STAGE

WHITE STONE

by

Harry Ghulur

April 28, 2019

Teater Arena

Taman Budaya Jawa Tengah Surakarta

 

 

 

 

Hari Ghulur

White Stone

ON STAGE #1 menampilkan karya Hari Ghulur yang berjudul WHITE STONE. Karya ini merupakan pertunjukan laboratorium tari yang dicapai melalui metode impresif dan emosional dengan teknik Gaga yang berbasis gerak Pencak Silat Pamor Madura.

Kerasnya karakter masyarakat Madura menjadi ide gagasan penciptaan. Letak geografis yang sangat gersang dengan bukit bebatuan terjal dan kering. Tanah yang hanya dapat ditanami singkong, ubi, jagung merupakan hasil bumi utama yang menjadi konsumsi setiap hari. Karakteristik masyarakat madura yang keras dipengaruhi dari bagaimana mereka bersosialisasi. Sejak kecil (utamanya laki-laki) belajar pencak silat sebagai basic pengendalian dan perlindungan diri karena notabene masyarakat madura pergi merantau. Ini yang sering disalah artikan dengan kekerasan fisik (carok). Seiring perkembangan zaman, kini mengalami penggeseran makna menjadi hal yang positif membangun citra masyarakat Madura dengan kerja keras tanpa mengenal lelah terus mengejar pendidikan sehingga prestasi itu mengubah pola fikir masyarakat Madura menjadi lebih fleksibel, luas dan inovatif.

ON STAGE akan diselenggarakan untuk pertama kalinya pada hari Minggu tanggal 28 April 2019 di Teater Arena, Taman Budaya Jawa Tengah dengan mengundang Moh. Hariyanto atau biasa dipanggil Hari Ghulur, seniman tari asal Madura yang saat ini berdomisili di Surabaya.

Hari Ghulur menekuni dunia tari sejak studi di jurusan Sendratasik UNESA dan melanjutkan ke Penciptaan Seni ISI Surakarta. Juli 2018 lalu hari mengikuti International Choreography Residency (ICR) American Dance Festival di Durham, North Carolina, Amerika Serikat. Melalui ICR, pengalaman ketubuhan hari mendapat banyak pengetahuan dan experience yang mendorong hari untuk segera menciptakan karya baru. Selama ICR di ADF, Hari menciptakan karya solo berjudul “SILA” dan saat ini sedang mengerjakan laboratorium tari yang diberi judul “WHITE STONE”

Sebelumnya, hari telah menciptakan beberapa karya tari diantaranya “Ghulur” dipentaskan di Bozar Studio, Brussels Belgia dalam Festival Europalia tahun 2017, Festival Salihara Jakarta 2017, M1Contact Southeast Asian Choreographer Singapore 2016,Choreo Lab Dewan Kesenian Jakarta 2015, Indonesian Dance Festival 2014. Karya Hari yang lain juga pernah dipentaskan di China, Malaysia. Hari kerap mengikuti residency diantaranya Residancy Europalia Festival di belgia selama 1 bulan, Residency di Kaki Seni Art Exchange di Kuala Lumpur Malaysia selama 20 hari, Choreo Lab Dewan Kesenian Jakarta dan Residency Indonesian Dance Festival. Saat ini Hari menjadi dosen di Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) dan prodi tari Univ Negeri Malang. Hari mendirikan Sawung Dance Studio dan bersama timnya terus melakukan eksperimen dan disiplin proses kreatif untuk melahirkan karya karya inovatif.