Boris Nieslony
BORIS NIESLONY
Born in Germany 1945, lives and works in Cologne, Germany
— www.asa.de — www.epi-zentrum.org
BORIS NIESLONY
Born in Germany 1945, lives and works in Cologne, Germany
— www.asa.de — www.epi-zentrum.org
Since several decades, it has been widely discussed among practitioners of performance art as well as their observers, about how our bodies function as the main medium in the work of performance art. Assuming that the body can not only defined as physical manifestation, there researches related to questions on anything that can be opened, traced, disassembled and examined from the human body.
I am referring to the meaning of body in Indonesian language. It has a deeper meaning than just its meaning of the physical body, it contains other non physical aspects included the cultural and historical relations and influences.
In our everyday life we collect and filter our events through our dayly life actions time by time. Through the physical sensors, our the actions are digested in our memory capacity and subsequently becomes a sign. Those are probably signs which can influence our behavior or actions performed in another time perspective and different events. Considering that the ability to receive and process their environments, each human being are very different. The human body in its own space and in its social environment with different conditions become the main individual resource and unique.
Historically, performance art has been using the body as a non-objective material. The body is enabled to represent the thoughts, concepts and events without a made-up sophistication. Performance artists perform actions by using the body as a unified constellation, between the concepts, actions, space and time and contain the rules of subjectivity.
The bodies appears from their personal scopes of the private and individual lives. Those private spaces become a boundless area when the owners enter spaces which have not been revealed. The unexpected or hidden spaces give a tremendous potential to be processed and associated with current space and time.
In our private spaces, the relations between our bodies to other aspects of our lives, such as social, cultural, economic, biological, political, spirituality much more likely to be found and rediscovered.
I would like to invite performance art practitioners whose work bring us back to our bodies as a source to trace actual ideas, by observing and researching the history of the private spaces.
In the hope that the “undisclosed territory # 6” 2012, will be an activity that will continue to grow and evolve with the intensity of research and its realization in the form of performance art and dialogue between artists and the public.
Sudah sejak beberapa dekade, telah banyak dibicarakan dikalangan praktisi performance art maupun peminatnya, tentang bagaimana tubuh kita berfungsi sebagai medium utama dalam berkarya. Pembicaraan dan pembahasan tentangnya banyak menyangkut pertanyaan tentang apa saja yang bisa dibuka atau ditelusuri, dikuakkan dan diteliti dari tubuh manusia jika tubuh tidak saja dimaknakan sebagai wujud fisiknya saja.
Tubuh dalam pengertian bahasa Indonesia memiliki makna yang lebih dalam dari sekedar berarti jasad atau badan. Dalam kehidupan sehari-hari, tindakan yang kita lakukan banyak mengumpulkan dan menyaring peristiwa-peristiwa dalam waktu di mana kita berada. Sensor-sensor fisik melalui tindakan-tindakan yang kita lakukan itu, tercerna dalam kapasitas memori kita dan selanjutnya menjadi sebuah tanda. Tanda-tanda itu bisa mempengaruhi tingkah laku atau tindakan kita berikutnya yang kemudian dilakukan dalam perspektif waktu dan peristiwa yang berbeda pula.
Tubuh manusia dalam ruang dan lingkungan sosialnya yang berbeda-beda, menjadi sebuah sumber yang sifatnya individual dan unik, karena daya kemampuan untuk menerima dan mengolah lingkungan tersebut masing-masing manusia sangat berbeda.
Dalam sejarahnya, performance art menggunakan tubuh sebagai materi yang sifatnya non-objektif. Tubuh diaktifkan untuk mewakili sebuah pikiran, konsep dan peristiwa tanpa sebuah rekayasa yang dibuat-buat. Seniman performans, melakukan tindakannya dengan menggunakan tubuh sebagai sebuah konstelasi yang menyatu, antara konsep, tindakan,ruang dan waktu dan mengandung kaidah subyektifitasnya.
Tubuh-tubuh personal berangkat dari ruang lingkungan pribadi masing-masing. Ruang-ruang pribadi ini menjadi sebuah sumber yang tanpa batas, ketika pemiliknya memasuki ruang-ruang yang selama ini belum terungkap kembali. Ruang-ruang tidak terduga atau tersembunyi itu mempunyai potensi yang luar biasa untuk diolah dan dihubungkan dengan ruang dan waktu yang kini.
Dari ruang-ruang pribadi ini, kemungkinan akan ditemukan hubungan-hubungan antara tubuh kita saat ini dengan aspek-aspek kehidupan kita yang lain, misalnya aspek sosial, budaya, ekonomi, biologis, politik, spiritualitas dan masih banyak lagi kemungkinannya.
Saya mangajak para seniman praktisi performance art yang karya-karyanya membawa kita untuk kembali pada tubuh kita sebagai sumber jejak pemikiran-pemikiran aktual yang kita miliki sekarang melalui pengamatan dan riset sejarah ruang-ruang pribadi mereka masing-masing.
Semoga „undisclosed territory#6“ di Padepokan Lemah Putih pada tahun 2012 ini akan menjadi sebuah kegiatan yang akan terus tumbuh dan berkembang bersama intensitas riset serta pengejawantahannya dalam bentuk karya performance-performance art serta dialog antara seniman dan publiknya.
Solo, August 2012
Melati Suryodarmo
Kamis,
30 Agustus |
Time |
Artist |
LOCATION |
15:00 – 18:00 |
|||
Opening | |||
LONG DURATIONAL PERFORMANCEs | Dwinanda Agung K | Square | |
Achry | Teak garden | ||
Desti | Main Garden | ||
Luna | Mandala | ||
PERFORMANCES | 15:30 – 16:00 | Kelvin Atmadibrata | |
16:30 – 17:00 | Hendra Setiawan | Main Garden | |
18:00 – 19:00 | Dinner Break | Dinner | |
PERFORMANCES | 19:00 – 19:30 | Mongkol Plienbanchang | Pendopo |
19:40 – 20:10 | Ma Ei | Pendopo | |
20:20 – 20:50 | Fitri Setyanigsih | Pendopo | |
Jumat,
31 Agustus |
LOCATION | ||
15:00 – 16:00 | Talk Show | With Marintan Sirait and Aor Nopawan Siriwejkul and Melati Suryodarmo | |
LONG DURATIONAL PERFORMANCES | 15:00 – 18:00
|
Sonny Arendra | Main garden |
Aliansyah Chaniago | Square platform | ||
Ding Yu chun | Main garden | ||
PERFORMANCEs | 17:15 – 18:00 | Rudi Abdalah | Pendopo |
18:00 – 19:00 | Dinner Break | ||
PERFORMANCEs | 19:00 – 19:30 | Ananda | Pendopo |
19:40 – 20:10 | Aor Nopawan Siriwejkul | Pendopo | |
20:20 – 20:50 | Marintan Sirait | Mandala |
Artist-In-Residency
SHARING SESSION
COMMON GROUND STORIES: where do our stories meet?
oleh Demi Kleinmeulman
Sabtu, 20 April 2024
14:00 – 16:00
di Studio Plesungan
(Desa Plesungan rt03 rw02, Plesungan Gondangrejo, Karanganyar 57181)
Sesi ini akan berjalan sebaagi upaya kolaboratif untuk menggali kisah-kisah pribadi. Demi mengajak peserta untuk menjelajahi cerita yang dimiliki oleh masing masing peserta, serta cerita yang dimiliki oleh orang lain. Demi tertarik untuk menelusuri lebih dalam, bagaimana mengubah cerita pribadi menjadi ciptaan artistik, mengolah sumber daya yang bisa digunakan, dan bagaimana peserta dapat mendekati sumber-sumber tersebut.
Demi Kleinmeulman lulus dari program pendidikan seni di Universitas ArtEZ pada tahun 2022, dan telah bekerja sebagai sutradara teater, guru teater, penampil, dan moderator selama beberapa tahun belakangan. Selama studinya, tema “identitas” muncul pada beberapa karyanya dan terbukti menjadi penggerak penting dalam proses penciptaan seninya selama ini. Hal ini mendorong Demi untuk menyelami lebih dalam pada masa lalu keluarga sebagai diaspora Belanda-Indonesia.
—
This session is a collaborative search for a personal story. Demi invites participants to explore their personal stories together, as well as those of others. Demi is interested in delving deeper into how to turn a personal story into an artistic product, what resources can be used, and how it can be approached.
Demi Kleinmeulman graduated from the Artist Educator program at ArtEZ University in 2022 and has been working as a theater maker, theater teacher, performer, and moderator for several years. During her studies, the theme of “identity” came up several times and proved to be an important driver of her art-making. This prompted her to delve deeper into her Dutch-Indonesian diasporic family in the past.
—
Program ini terbuka untuk umum dan gratis.
Kuota terbatas untuk 15 orang.
Kontak: +62 821-3322-9593 (Verina)
Artist-In-Residency
Public Presentation
“Last Potrait”
ashleyho+domeniknaue
Kamis, 28 Maret 2024
16:00 – 17:15 WIB
di Studio Plesungan (Desa Plesungan rt03 rw02, Plesungan Gondangrejo, Karanganyar 57181)
Last potrait (judul sementara) merupakan karya-sedang-tumbuh yang menggali sejarah dan arsip keluarga pribadi dari masing-masing individu. ashleyho+domeniknaue menggali dan memasuki ruang hiper-personal agar dapat terhubung dengan pengalaman-pengalaman yang universal. Mereka tertarik pada bagaimana dokumenter dan fiksi dapat bekerja sama untuk menciptakan ruang yang generatif serta menyembuhkan di dalam sebuah performans. Proyek ini akan diwujudkan sebagai instalasi-performans, di mana dokumen kekeluargaan akan diubah menjadi elemen skenografik, dan diterjemahkan ke dalam laku tubuh. Dalam hal ini, mereka berupaya untuk mendefinisikan kembali pertunjukan dokumenter.
Mereka akan menjalin hubungan antara botani dan penyakit, kedatangan dan keberangkatan, tenaga kerja dan perawatan, serta tradisi dan regenerasi. Dalam menghadapi perubahan yang cepat, bagaimana wacana atas siklus dapat mengubah cara kita berpikir tentang kehilangan.
Selama residensi di Studio Plesungan, mereka akan membagikan draf pertama karya tersebut, performans mereka akan bereksperimen dengan membongkar gerak tubuh dan bahasa tubuh yang terlibat dalam pengasuhan, pekerjaan rumah tangga, dan berkebun.
—
Program ini terbuka untuk umum dan gratis.
Kontak:
+62 821-3322-9593 (Verina)
#studioplesungan #performanceart #teater #tari #seniperformans #residensiseni #artistinresidence #dance #theatre
“The Precise Experience: Menggali Kenikmatan Dari Rasa Sakit Melalui Eksplorasi Tekanan Fisik”
Studio Plesungan akan kembali mengadakan On Stage pada Selasa, 26 Maret 2024 di Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah. Pada edisi ke-17 kali ini, On Stage akan menampilkan karya The Precise Experience oleh ashleyho+domeniknaue. The Precise Experience adalah pertunjukan berbasis skor yang dibangun berdasarkan latihan gerak dengan mengeksplor tekanan fisik yang berakar pada kepercayaan, pendengaran fisik, dan kepekaan. The Precise Experience mencoba menggali kegembiraan, kenikmatan, dan keintiman yang dapat muncul dari rasa sakit, paksaan, dan beban yang disepakati bersama. Berfluktuasi antara tekanan mikro dan makro, Ashley dan Domenik harus saling mengenal lagi dan lagi, menantang persepsi dan batasan tubuh mereka sendiri, baik secara fisik maupun emosional.
ON STAGE adalah program rutin Studio Plesungan yang menampilkan karya seni pertunjukan setiap dua bulan sekali di Teater Arena – TBJT Surakarta. ON STAGE diadakan untuk meningkatkan apresiasi publik terhadap karya-karya kontemporer melalui penyajian karya seniman terpilih dan bincang publik bersama seniman.
_
Ashley Ho dan Domenik Naue datang ke Studio Plesungan sebagai seniman residensi dari 18 – 29 Maret 2024 dengan dukungan dari Asia Europe Foundation, Dance Nucleus Singapore dan Studio Plesungan.
_
Setelah pertunjukan akan diadakan bincang seniman yang akan ditemani oleh Linda Mayasari dari Yogyakarta.
ashleyho+domeniknaue adalah kumpulan anggota tubuh dan hati yang menciptakan pertemuan performatif transmedial, bermain di antara tari, puisi, musik, dan eksperimen skenografi. Ashley dan Domenik lulus dari program Sarjana Tari/Penciptaan di ArtEZ University of the Arts pada tahun 2022, dan saat ini berbasis di Amsterdam, bekerja di antara Belanda, Belgia, dan Singapura. Karya mereka telah hadir di berbagai festival seperti Moving Futures, FAT Leiden, Dansand, Over het IJ, Offspring (SPRING Utrecht), dan Contemporary Dance Festival.
Linda Mayasari adalah kurator in-house IDF (Indonesia Dance Festival), pernah bekerja sebagai direktur Cemeti – Institut untuk Seni dan Masyarakat periode 2017-2023. Saat ini Linda tengah menyelesaikan studi di program Magister Kajian Budaya di Universitas Sanata Dharma, sembari melakukan penelitian untuk menjelajahi persimpangan antara seni, politik dan pasca kolonialisme dalam konteks budaya dan sejarah Indonesia. Hingga saat ini, ia aktif di beberapa lingkar belajar seni dan sesekali secara swadaya bekerja sama dengan seniman lintas disiplin – terutama seni tari dan seni rupa- untuk melakukan eksperimentasi praktik kerja seni berbasis penelitian. Ia menerima Nusantara Academic Writing Award (NAWA) 2022 untuk penulisan penelitian tesisnya di Magister Kajian Budaya, Universitas Sanata Dharma berjudul “Bagong Kussudiardja: Estetika Jawa, Mabuk Amerika, dan Patriotisme Orde Baru”.
Pertunjukan dan Bincang Seniman
Hari dan Tanggal Waktu : Selasa, 26 Maret 2024
Pukul : 20:00 WIB – selesai
Tempat : Teater Arena, Taman Budaya Jawa Tengah
Jl. Ir. Sutami 57, Jebres, Surakarta
Tiket
Informasi dan Pemesanan tiket:
HP/Whatsapp +62 82133229593 (Verina)
Atau daftar di :
https://forms.gle/c6mofww9brEMbaUq6